Sunday, February 21, 2021

BANGUNAN UTAMA

 BANGUNAN UTAMA

  Bangunan utama ini diletakkan melintang sungai yang menyadap air sungai disalurkan ke saluran irigasi untuk keperluan irigasi, air baku dan lain-lain.

        Fungsi dan tujuan bangunan utama secara umum , yaitu : menaikkan elevasi muka air sungai, mengalirkan air sungai ke saluran irigasi, mengontrol sedimen, menstabilkan muka air sungai dan menyimpan air dalam waktu singkat. Dalam perencanaan bangunan utama perlu memperhatikan kedalaman air (h) dan debit pengaliran (Q).

Definisi bangunan utama

        Bangunan utama (head work) adalah bangunan melintang sungai yang menyadap air sungai disalurkan ke saluran irigasi untuk keperluan irigasi, air baku dan lain-lain.

Fungsi dan tujuan bangunan utama

        Fungsi dan tujuan bangunan utama secara umum adalah sebagai berikut :

1. Menaikkan elevasi muka air sungai sehingga daerah yang bisa diairi menjadi lebih luas.

2. Mengalirkan air sungai ke saluran irigasi melalui bangunan pengambilan (intake).

3. Mengontrol sedimen yang masuk ke saluran irigasi.

4. Menstabilkan muka air sungai.

5. Menyimpan air dalam waktu singkat.

Syarat pemilihan bangunan utama

        Dalam perencanaan bangunan utama perlu memperhatikan kedalaman air (h) dan debit pengaliran (Q).   Dengan adanya kedalaman air (h) dan debit pengaliran (Q) kita bisa memberikan pilihan terhadap bangunan air yang akan dibangun dengan kondisi sebagai berikut :

    1. Apabila kondisi kedalaman/tinggi air sungai besar (h>), debit pengaliran sungai juga besar (Q >), maka yang perlu dibangun adalah bangunan pengambilan bebas.

    2. Apabila kondisi kedalaman/tinggi air sungai kecil (h<), tetapi debit pengaliran sungai besar (Q >), maka bangunan air yang perlu dibangun adalah bendung.

    3. Apabila kondisi kedalaman/tinggi air sungai kecil  (h<), debit pengaliran sungai juga kecil     (Q <), maka bangunan air yang perlu dibangun adalah bendungan.


Friday, November 6, 2020

MENGHITUNG REAKSI PERLETAKAN DAN MOMEN; SIMPLE BEAM

 

Hitung Momen di Masing-masing Titik !!!

Penyelesaian:

• ∑MA=0

BV = 
P1.3 + P2.6 - BV.9 = 0
10.3 + 10.6 + BV.9 = 0
30 + 60 - BV.9 = 0
90 - BV.9 = 0
-BV.9 = - 90
BV= 90/9 = 10 Ton

• ∑MB = 0

AV=
AV.9 - P1.6 - P2.3 = 0
AV.9 - 10.6 - 10.3 = 0
AV.9 - 60 - 30 = 0
AV.9 - 90 = 0
AV = 90/9 = 10 Ton

Menghitung Momen dititik C dan D

• Momen dititik C

∑MC = AV.3
∑MC = 10 Ton . 3 Meter
∑MC = 30 TonMeter
• Momen dititik D

∑MD = AV.6 - P1.3
∑MD = 10 Ton.6 Meter - 10 Ton.3 Meter
∑MD = 60 TonMeter - 30 TonMeter
∑MD = 30 TonMeter

• Rekapitulasi Hasil

∑MA = 0 (Sendi)
∑MB = 0 (Roll)
∑MC = 30 TonMeter
∑MD = 30 TonMeter

Monday, September 14, 2020

MOMEN PUNTIR DENGAN GAYA TIDAK TEGAK LURUS

Hitung Momen pada Titik D !!!

Gaya pada titik C dijadikan gaya yang tegak lurus batang ( C1 ).

C1 = 20 x sin 60ᵒ

C1 = 20 x 0,866

C1 = 17,320 N


Menghitung RA dan RB.

∑ MB = 0

( RA x 6 ) - ( C1 x 4 ) - ( 20 x 1 ) = 0

6RA - ( 17,320 x 4 ) - 20 = 0

6RA - 69,28 - 20 = 0

6RA = 89,28

RA = 14,88 N


∑ MA = 0

( C1 x 2 ) + ( 20 x 5 ) - ( RB x 6 ) = 0

( 17,320 x 2 ) + 100 - 6RB = 0

34,64 + 100 - 6RB = 0

- 6RB = - 134,64

RB = 22,44 N

Menghitung Momen dititik D ( MD )

MD = ( RA x 5 ) - ( C1 x 3 )

MD = ( 14,88 x 5 ) - ( 17,320 x 3 )

MD = 74,4 - 51,96

MD = 22,44 Nm ( Ditinjau dari titik A )


MD = - ( RB x 1 ) 

MD = - ( 22,44 x 1 )

MD = - 22,44 Nm ( Ditinjau dari titik B )

MENGHITUNG MOMEN PUNTIR

Menghitung Momen pada titik D dan E !!!


Beban merata dijadikan beban titik yang bertumpu pada tengah-tengah beban merata

Q = 12,5 N/m x 2 m ( Q dikalikan dengan jarak dari beban merata)

Q = 25 N


Hitung RA dan RB.

1. ∑ MB = 0

0 = ( RA x 6 ) - ( Q x 4 ) - ( 20 x 3 ) - ( 20 x 1 )

0 = 6RA - ( 25 x 4 ) - 60 - 20

0 = 6RA - 180

6RA = 180

RA = 30 N


2. ∑ MA = 0

- ( RB x 6 ) + ( Q x 2 ) + ( 20 x 3 ) + ( 20 x 5 ) = 0

( 25 x 2 ) + 60 + 100 - 6RB = 0

50 + 160 - 6RB = 0

210 = - 6RB

RB = 35 N

Hitung Momen dititik D ( MD ) dan dititik E ( ME ).

1. Momen dititik D ( MD ).

MD = ( RA x 3 ) - ( Q x 1 )

MD = ( 30 x 3 ) - ( 25 x 1 )

MD = 90 - 25

MD = 65 Nm


2. Momen dititik E ( ME ).

ME = ( RA x 5 ) - ( Q x 3 ) - ( 20 x 2 )

ME = ( 30 x 5 ) - ( 25 x 3 ) - ( 20 x 2 )

ME = 150 - 75 - 40

ME = 35 Nm


Jadi Momen dititik D ( MD ) adalah 65 Nm dan Momen dititik E ( ME ) adalah 35 NM

Tuesday, July 7, 2020

CONTOH DAN PENYELESAIAN SOAL MEKANIKA TEKNIK (SIMPLE BEAM) STATIS TERTENTU


Soal
Hitunglah Reaksi Perletakan dan Gambarkan Diagram MDN !!!

Menghitung Reaksi Perletakan.
Note: Arah gaya yang searah jarum jam bernilai positif (+) dan berlawanan arah jarum jam bernilai negatif (-)

∑mA = 0 
∑mA = (15 x 1,75) + (60 x 3,50 x ((3,50/2) + 3,50) – RvB x 7 + (25 x 10) = 0
             (15x1,75) + (60 x 3,50 x 5,25) – RvB x 7 + (25 x 10) = 0
RvB = 195,61 KN

∑V = 0
RvA - 15 – (60 x 3,50) + RvB – 25 = 0 
RvA - 15 – (60 x 3,50) + 195,61 – 25 = 0 
RvA = 54,39 KN

Gambar Reaksi Perletakan

Menghitung Momen Lentur.
∑MX1 = 54,39 X1 .....(0 ≤ X1 ≤ 1,75)
MX1 (X = 0) = 54,39 (0) = 0
MX1 (X = 1,75) = 54,39 (1,75) = 95,18 KN.m
Momen pada X1

∑MX2 = 54,39 X2 – 15 (X - 1,75)
            = 54,39 X2 – 15X2 + 26,25
            = 39,29 X2 – 26,26 …..(0 ≤ X2 ≤ 3,50)
MX2 (X = 3,50) = 39,29 X2 – 26,25 = 111,265 KN.m
Momen pada X2

∑MX3 = 25 X3 – (195,61 (X3 – 3) + (60 (X3) ((X3 – 3)/2))
           = 25 X3 – (195,61 X3 – 586,83 + ((60X – 180) (X – 3)/2))
           = 30 X3^2 – 350,61 X3 + 865,83 …..(0 ≤ X3 ≤ 6,5)
MX3 (X = 5,90) = 30 X3^2 – 350,61 X3 + 865,83 = 167,508 KN.m
Momen pada X3

∑MX4 = 25 X4 …..(0 ≤ X4 ≤ 3,50) 
MX4 (X = 3) = 25 X4 = 75 KN.m
Momen pada X4


Gambar Diagram MDN

Diagram Gaya Aksial (N)
Diagram Gaya Geser (D)
Diagram Gaya Momen (M)

DEFINISI DAN SUSUNAN LAPISAN PERKERASAN LENTUR

DEFINISI PERKERASAN LENTUR
Yang dimaksud dengan perkerasan lentur (flexible pavement) adalah perkerasan yang umumnya menggunakan bahan campuran beraspal sebagai lapis permukaan serta bahan berbutir sebagai lapisan dibawahnya. Bersifat fleksibel (tidak kaku) karena modulus elastisitasnya (E) tidak terlalu tinggi (+10000 kg/m2), sehingga penyebaran beban roda lalulintas ketanah dasar tidak terlalu lebar/luas.
Karakterisrtik-karakteristik perkerasan lentur antara lain :
1. Bersifat elastis jika menerima beban sehingga dapat memberi kenyamanan bagi pengguna jalan.
2. Pada umumnya menggunakan bahan pengikat aspal.
3. Seluruh lapisan ikut menanggung beban.
4. Penyebaran tegangan ke lapisan tanah dasar sedemikian sehingga tidak merusak lapisan tanah dasar.

SUSUNAN LAPISAN PERKERASAN LENTUR
Bagian perkerasan lentur umumnya meliputi : lapisan tanah dasar (sub grade), lapisan pondasi bawah (sub base), lapisan pondasi atas ( base), lapisan permukaan (surface).

1.    Lapisan tanah dasar (sub grade).
Lapisan tanah dasar adalah permukaan tanah semula atau atau permukaan galian atau permukaan tanah timbunan yang merupakan permukaan dasar sebagai perletakan dari bagian-bagian perkerasan lainnya. Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung dari sifat-sifat dan  daya dukung tanah dasar.
Perkerasan jalan diletakkan diatas tanah dasar dengan demikianh secara keseluruhan mutu dan daya tahan konstruksi perkerasan rak lepas dari sifat tanah dasar. Tanah yang baik untuk konstruksi perkerasan jalan adalah tanah dasar yang berasal dari lokasi itu sendiri atau didekatnya, yang telah dipadatkan sampai tingkat kepadatan tertentu sehingga mempunyai daya dukung yang  baik serta berkemampuan mempertahankan peruabhahn volume selama masa pelayanan walaupun terdapat pelayanan kondisi lingkungan dan jenis tanah setempat. Sifat masing-masing jenis tanah tergantung dari tekstur, kepadatan, kadar air,kondisi lingkungan, dan lain sebagainya.
Umumnya persoalan yang menyangkut tanah dasar adalah sebagai berikut :
a) Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) dari macam tanah tertentu akibat beban lalulintas.
b) Sifat mengembang dan menyusut dari tanah tertentu akibat perubahan kadar air.
c) Daya dukung tanah yang tidak merata dan sukar ditentukan secara pasti pada daerah dengan macam tanah yang sangat berbeda sifat dan kedudukannya atau akibat pelaksanaan.
d) Lendutan dan lendutan balik selama dan sesudah pembebanan lalu lintas dari macam tanah tertentu.
e) Kondisi geologis dari lokasi jalan perlu dipelajari dengan teliti jika ada kemungkinan lokasi jalan berada pada daerah patahan, dll.

2.    Lapisan pondasi bawah (sub base).
Lapisan pondasi bawah adalah lapisan perkerasan yang terletak diantara lapisan pondasi atas (base) dengan lapisan tanah dasar (sub grade).
Fungsi lapisan pondasi bawah antara lain :
a) Sebagai bagian dari konstruksi perkerasan untuk mendukung dan menyebarkan beban roda.
b) Mencapai efisiensi penggunaan material yang relatif murah agar lapisan-lapisan selebihnya dapat dikurangi tebalnya (penghemartan biaya konstruksi).
c) Untuk mencegah tanah dasar masuk kedalam lapisan pondasi.
d) Sebagai lapis pertama agar pelaksanaan dapat berjalan lancar.
Hal ini sehubungan dengan terlalu lemahnya daya dukung tanah dasar terhadap roda-roda alat – alat besar atau karena kondisi lapangan yang memaksa harus segera menutup tanah dasar dari pengaruh cuaca. 
Bermacam-macam tipe tanah setempat (CBR ≥ 20 %, PI ≤ 10 %) yang relatif lebih baik dari tanah  dasar dapat digunakan sebagai bahan pondasi bawah.Campuran-campuran tanah setempat dengan kapur atau semen portland dalam beberapa hal sangat dianjurkan, agar dapat bantuan yang efektif terhadap kestabilan konstruksi perkerasan.

3. Lapisan pondasi atas (base).
Lapisan pondasi atas adalah lapisan perkerasan yang terletak diantara lapisan pondasi bawah (sub base) dengan lapisan permukaan (surface).
Fungsi lapisan pondasi atas antara lain :
a) Sebagai bagian perkerasan yang menahan beban roda 
b) Sebagai perletakan erhadap lapisan permukaan.
Bahan-bahan untuk lapisan pondasi atas umumnya harus cukup kuat dan awet sehingga dapat menahan beban-beban roda. Sebelum menentukan suatu bahan untuk digunakan sebagai bahan pondasi hendaknya dilakukan penyelidikan dan pertimbangan sebaik-baiknya sehubungan dengan persyaratan teknik.
Bermacam-macam bahan alam/bahan setempat (CBR ≥ 50%, PI ≤  4%) dapat digunakan sebagai bahan lapisan pondasi atas, antara lain: batu pecah, kerikil pecah dan stabilisasi tanah dengan semen atau kapur.

4. Lapisan permukaan (surface).
Lapisan permukaan adalah lapisan perkerasan yang paling atas dan langsung menerima beban lalulintas eerta mendistribusikan beban yang diterimanya ke lapisan perkerasan dibawahnya.
Fungsi lapisan permukaan antara lain :
a) Sebagai bahan perkerasan untuk menahan beban roda.
b) Sebagai lapisan kedap air untuk melindungi badan jalan dari kerusakan akibat cuaca.
c) Sebagai lapisan aus (wearing course)
Bahan untuk lapisan permukaan umumnya adalah sama dengan bahan untuk lapisan pondasi atas, dengan persyaratan yang lebih tinggi. Penggunaan bahan aspal diperlukan agar lapisan dapat bersifat kedap air, disamping itu bahan aspal sendiri memberikan bantuan tegangan tarik yang berarti mempertinggi daya dukung lapisan terhadap beban roda lalulintas. Pemilihan bahan  untuk lapisan permukaan perlu dipertimbangkan kegunaan, umur rencana, serta pentahapan konstruksi agar dicapai manfaat yang sebesar-besarnya dari biaya yang dikeluarkan.
Jenis lapisan permukaan yang umum dipergunakan di Indonesia antara lain:
a) Lapisan bersifat Nonstruktursl, yang berfungsi sebagai lapisan aus dan kedap air.
b) Lapisan bersifat Struktural, berfungsi sebagai lapisan yang menahan dan menyebarkan beban roda.

Monday, July 6, 2020

ALINYEMEN HORISONTAL PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

1. Perhitungan dan Gambar Lengkung Peralihan
Lengkung peralihan adalah lengkung yang disisipkan diantara bagian lurus dan bagian lengkung yang berjari-jari tetap. Fungsinya adalah untuk mengantisipasi perubahan alinyemen jalan dari bentuk lurus sampai bagian lengkung jalan dengan jari-jari tetap sehingga gaya sentrifugal yang terjadi pada kendaraan saat melewati tikungan berubah secara berangsur, baik saat masuk tikungan maupun keluar tikungan.  Lengkung peralihan  terdiri dari lengkung-lengkung lingkaran pendek dengan jari-jari yang berbeda panjangnya, akan tetapi dapat dihubungkan menjadi suatu garis lengkung yang lancer. 
Lengkung peralihan (L) diperoleh dengan rumus:
                              
                                                      L= (∆/360) x 2 x p x R       

2. Perhitungan dan Gambar Kemiringan Maksimum
Rumus yang digunakan untuk menghitung kemiringan melintang pada setiap tikungan sama, yaitu;
Vt2 = 127 R (e+ fm)
Em = ((Vt^2/127R)-fm)x100% 
Setelah mendapat hasil perhitungan pada kemiringan melintang , setelah itu gambar kemiringan maksimum sesuai data yang didapat. Dengan menggunakan diagram superelevasi, dapat ditentukan bentuk penampang melintang pada setiap titik di suatu lengkung horizontal yang direncanakan.

3. Perhitungan dan Gambar Pelebaran Jalan
         Kendaraan yang bergerak dari tikungan, seringkali tidak dapat mempertahankan lintasannya pada jalur yeng telah disediakan, disebabkan:
a) Pada waktu membelok yang diberikan sudut belokan hanya roda depan, sehingga lintasan roda belakang menjalani lintasan lebih ke dalam dari roda depan 
b) Jejak lintasan tidak lagi berhimpit, karena bemper depan dan belakang kendaraan mempunyai lintasan yang berbeda antara roda depan dan roda belakang.
c) Pengemudi akan mengalami kesukaran dalam mempertahankan lintasannya untuk tetap pada lajur jalannya,terutama pada tikungan-tikungan yang tajam atau pada kecepatan yang tinggi. Untuk menghindari hal tersebut diatas, maka pada tikungan yang tajam perlu diadakan pelebaran perkerasan jalan.

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN RAYA

1. Perencanaan Trase Jalan
Perencanaan Patok merupakan bidang memanjang yang menghubungkan 2 titik. Oleh karena itu penentuan koridor terbaik antara dua titik yang dihubungkan perlu mempertimbangkan lokasi-lokasi yang  harus dihindari. Trase merupakan seri dari garis-garis lurus yang merupakan rencana sumbu jalan.

2. Perhitungan Patok
Tujuan dari perhitungan patok ini adalah untuk mendapatkan tinggi patok (tinggi stasiun),  jarak stasiun,  jarak langsung, beda tinggi dari suatu patok dengan patok yang lain serta kemiringan dari trase jalan yang telah direncanakan. Beda tinggi yang ada diperoleh berdasarkan Tinggi Stasiun dari kontur yang ada.

3. Profil Memanjang
Pembuatan profil memanjang sangat bergantung pada profil memanjang jalan. Profil melintang merupakan gambaran detail dari daerah galian dan timbunan.  Dalam penentuan ukuran-ukuran pada jalan, diambil pada daerah jalan kolektor mengacu pada kondisi yang ideal dengan VLHR ( Volume Lalu Lintas Harian Rata-rata ) 3.000 – 10.000 smp/hari, dimana diperoleh data dari daftar Standar Perencanaan Geometrik Jalan sebagai berikut:
Kecepatan Rencana             : 50 km/jam
Lebar daerah penguasaan mimimum  : 30 m
Lebar perkerasan                     : 2 * 3.50 m
Lebar bahu jalan                     : 2 * 1.5 m
Lereng melintang perkerasan     : 2 %  
Lereng melintang bahu             : 5 %  

4. Perhitungan Luas dan Volume 
4.1. Perhitungan Luas Galian.
Dari profil melintang jalan dapat dihitung luas tanah yang akan digali. Luas tanah yang digali dapat diperoleh dari perkalian antara beda tinggi dengan lebar daerah manfaat jalan, ditambah dengan luasan galian untuk membuat saluran drainase dan luasan galian untuk membuat kemiringan badan dan bahu jalan. (contoh perhitungan luasan galian dapat dilihat pada bab selanjutnya).

4.2. Perhitungan volume galian.
Dari profil memanjang jalan dapat dilihat bentuk dari pekerjaan galian yang akan dikerjakan dengan bentuk galian ini, apakah segitiga, persegi atau trapesium dapat dihitung volume galian yang akan dikerjakan volume galian yang akan dikerjakan dapat diperoleh dengan menghitung luas galian yang dapat dilihat dari profil memanjang, dengan sisi-sisi bangun tersebut adalah luas galian dan lebarnya adalah jarak stasiun. Sebagai contoh : jika bentuk galian segitiga maka:

            volume galiannya = ( luas galian 1+ luas galian 2 / 2 ) x jarak stasiun

TEKNIS PELAKSANAAN PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

1. Pekerjaan Tanah Dasar (Sub Grade)
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam pekerjaan ini adalah survei lokasi. Hal ini dimaksudkan untuk menentukan titik dasar atau pedoman mengenai ketinggian pekerjaan yang akan dilaksanakan. Selanjutnya dilaksanakan penetapan  titik dasar  dan titik lainnya. Apabila telah diketahui hal-hal yang diperlukan dalam menentukan titik dasar dan titik lainnya, maka pengukuranpun dapat dilakukan.

2. Galian Tanah ( Cut )
Apabila tanah dari galian yang akan digunakan sebagai  timbunan maka hal pertama yang harus dilakukan adalah membersihkan terlebih dahulu terutama dari tumbuh-tumbuhan dan lapisan –lapisan humus lainnya. 
Tebal lapisan umumnya berkisar antara 10 – 30 cm. Pekerjaan ini dapat disebut sebagai Top Soil Sripping. Tanah atau material (galian) yang dipakai sebagai timbunan, dapat dipakai dan digunakan apabila telah melalui pengetasan dari laboratorium dengan memenuhi beberapa kriteria tanah sebagai timbunan.

3. Teknik Penggalian
Tanah yang akan digali diusahakan tidak adanya genangan disekitar daerah penggalian sebab genangan air akan menyebabkan sulitnya pakerjaan dan akan  mempengaruhi mutu kualitas dari tanah. 
Perhitungan luas galian.
Dari profil melintang jalan dapat dihitung luas tanah yang akan digali. Luas tanah yang digali dapat diperoleh dari perkalian antara beda tinggi dengan lebar daerah manfaat jalan, ditambah dengan luasan galian untuk membuat saluran drainase dan luasan galian untuk membuat kemiringan badan dan bahu jalan.
Perhitungan volume galian.
Dari profil memanjang jalan dapat dilihat bentuk dari pekerjaan galian yang akan dikerjakan dengan bentuk galian ini, apakah segitiga, persegi atau trapesium dapat dihitung volume galian yang akan dikerjakan.

4. Timbunan Tanah ( Fill )
Material yang didapat dari  hasil galian (cut) yang termasuk dalam rencana biasanya akan dipakai untuk penimbunan pada tempat atau daerah penimbunan yang telah ditentukan, hal ini disebut dengan istilah Comon excavation  atau material bahan galian yang didatangkan dan biasanya juga disebut Borrow excavation.
Perhitungan luas timbunan
Dari profil melintang jalan dapat dihitung luas timbunan yang akan dibuat. Luas timbunan ini dapat diperoleh dari perkalian antara beda tinggi dengan lebar daerah manfaat jalan (DAMAJA) dikurangi dengan luas saluran drainase dan luas daerah yang dibentuk oleh pengaruh kemiringan jalan.
Perhitungan volume timbunan
Dari profil memanjang jalan dapat dilihat bentuk dari pekerjaan timbunan yang akan dikerjakan, apakah segitiga, persegi panjang ataukah trapesium. Sebagai contoh : jika bentuk bangun yang dibentuk oleh pekerjaan timbunan adalah segitiga maka, volume timbunan = ( luas timbunan / 2 ) x jarak stasiun.

5. Alat–alat yang digunakan dalam proses Penggalian dan Penimbunan
Dalam proses penggalian dan penimbunan tidak mungkin hanya dikerjakan oleh manusia dengan alat–alat sederhana, tetapi diperlukan alat-alat berat untuk dapat membantu memudahkan proses pengerjaan dan mempersingkat waktu pengerjaan. Alat-alat berat yang biasa digunakan dalam proses penggalian dan penimbunan antara lain :
Excavator
Excavator digunakan untuk menggali tanah yang membutuhkan proses penggalian agar diperoleh jalan yang sesuai dengan rencana. Disamping itu, excavator dapat digunakan untuk memuat material hasil galian ke dump truck.
Dump Truck
Dump Truck digunakan untuk mengangkut material galian untuk dibawa ke tempat penimbunan atau tempat yang membutuhkan material untuk pemadatan.
Bulldozer
Digunakan untuk meratakan tanah timbunan dan dapat juga digunakan sebagai alat penggali dengan jarak gali yang dekat.
  Truck tangki air
Truck tangki air berfungsi mengangkut air untuk membantu proses pemadatan yang dilakukan motor grader agar proses pemadatannya dapat maksimal.
  Grader
Grader digunakan untuk keperluan pengrataan tanah dalam rangka membentuk permukaan secara mekanis. 
Tandem Roller
Tandem Roller digunakan untuk memadatkan jalan yang mengalami proses penimbunan sehingga dapat menghindari penurunan tanah (settlement) akibat kurang padatnya tanah setelah proses penimbunan.

ELEMEN PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

Definisi Geometri Jalan
Perencanaan geometrik jalan adalah suatu perencanaan rute dari suatu jalan daerah A ke daerah B secara lengkap, menyangkut beberapa komponen jalan yang dirancang berdasarkan kelengkapan data dasar, yang didapat dari hasil survey lapangan, kemudian dianalisis berdasarkan acuan persaratan yang berlaku.
Selain itu, Perencanaan geometrik jalan dapat juga diartikan sebagai suatu bagian dari perencanaan konstrusi jalan dimana geometrik atau dimensi yang nyata dari suatu jalan beserta bagian-bagian disesuaikan dengan tuntutan serta sifat-sifat lalu lintasnya. Perencanaan tersebut disesuaikan dengan persyaratan parameter pengendara,kendaraan dan lalu lintas.Parameter tersebutmerupakan penentu tingkat kenyamanan dan keamanan yang dihasilkan oleh suatu bentuk geometrik jalan( Silvia Sukirman, 1999 ).

Standar Perencanaan Geometrik Jalan
1. Peraturan Perencanaan Geometrik jalan No. 13 / 1990 (RSNI. T-14-2004).
2. Standar Perencanan Geometrik untuk jalan Perkotaan, 1992 (RSNI. T-14-2004).
3. Peraturan Perencanaan Geometrik jalan antar kota No. 38/T/BM/1997
     (RSNI.T-14-2004).

1. Perencanaan trase jalan
Trase jalan adalah garis rencana yang menghubungkan menyatakan jalur garis tengah dari jalan yang akan dibuat. Perencanaan Trase Jalan dibuat berdasarkan kontur. Dengan demikian, Perencanaan Trase Jalan dibuat berdasarkan kondisi yang ada (Silvia Sukirman, 1999).
Sebelum membuat trase jalan yang akan direncanakan, maka terlebih dahulu kita melihat beberapa syarat, antara lain:
Syarat Ekonomis
Pertama-tama, dilihat apakah di daerah sekitar yang akan dibuat trase jalan baru, sudah ada jalan lama atau tidak.
Untuk pembuatan jalan, diperlukan beberapa material seperti batu dan pasir yang banyak, maka perlu diperkirakan tempat penggalian material yang letaknya berdekatan dengan lokasi pembuatan jalan.
Syarat Teknis
Untuk mendapatkan jalan yang bisa menjamin keselamatan jiwa dan dapat memberi rasa nyaman berkendara bagi pengemudi kendaraan bermotor maka perlu diperhatikan beberapa faktor antara lain:
Keadaan Geografi
Keadaan Geografi adalah keadaan permukaan (medan) dari daerah-daerah yang akan dilalui oleh jalan yang akan dibuat yang dapat dilihat dalam peta topografi. Peta topografi ini perlu untuk menghindari sejauh mungkin bukit-bukit, tanah yang berlereng terjal, tanah yang berawa-rawa dan lainnya. Apabila diperlukan, maka dapat dilakukan survey pengukuran topografi ulang demi ketelitian kerja.
Keadaan Geologi
Keadaan Geologi dari daerah yang akan dilalui, harus diperhatikan juga karena banyak fakta yang menunjukan adanya bagian jalan yang rusak akibat pengaruh keadaan geologi. Dengan adanya data yang menyatakan keadaan geologi permukaan medan dari daerah yang akan  dibuat, dapat dihindari daerah yang rawan. Contohnya adalah adanya bagian jalan yang patah atau longsor sebagai akibat dari tidak adanya data geologi saat jalan direncanakan (RSNI. T-14-2004).

2. Alinyemen Horizontal
Alinyemen Horizontal adalah proyeksi sumbu jalan pada bidang horizontal, yang dikenal juga dengan nama “situasi jalan” atau “trase jalan”. Alinyemen Horizontal terdiri dari garis-garis lurus yang dihubungkan dengan garis-garis lengkung yang terdiri dari busur lingkaran ditambah busur peralihan, busur peralihan saja atau busur lingkaran saja.

3. Alinyemen Vertikal
Alinyemen vertikal jalan adalah perpotongan bidang vertikal dengan bidang permukaan perkerasan jalan untuk jalan 2 lajur 2 arah atau melalui tepi dalam masing-masing perkerasan untuk jalan dengan median. Seringkali disebut potongan memanjang jalan.
Alinyemen vertikal disebut terdiri dari garis-garis lurus dan garis-garis lengkung. Garis lurus tersebut dapat datar, mendaki atau menurun, biasanya disebut berlandai.
Pergantian dari satu kelandaian ke kelandaian yang lain dilakukan dengan mempergunakan lengkung vertikal. Lengkung vertikal tersebut direncanakan sedemikian rupa sehingga memenuhi keamanan, kenyamanan dan drainase.
Perencanaan alinyemen vertikal dipengaruhi oleh berbagai pertimbangan seperti :
1. Kondisi tanah dasar.
2. Keadaan medan.
3. Fungsi jalan.
4. Muka air banjir.
5. Muka air tanah.
6. Kelandaian yang masih memungkinkan.


4. Profil Memanjang.
Profil memanjang adalah media untuk mengetahui besarnya pekerjaan tanahdalam perencanaan. Gambar profil memanjang jalan dibuat berdasarkan Tinggi Stasiun setiap patok dari kel.kayuputih ke kel.fatukoa, yang membentuk tanjakan, landai (kemiringan) dan daerah datar yang digambar dengan skala vertikal 1 : 50 dan skala horizontal 1 : 50.
Perencanaan profil memanjang dibuat mengikuti ketinggian permukaan tanah asli. Tetapi, pada keadaan medan yang tidak memungkinkan (tanjakan yang terlalu tinggi atau landai), perlu diadakan penggalian dan timbunan.
Dengan melihat pada Tinggi Tanah Asli (TTA) maka dibuat Tinggi Rencana (TR), sehingga berdasarkan tinggi rencana tersebut diperoleh elevasi untuk menghitung luas dan volume galian timbunan.
Landai Jalan
Landai jalan menunjukan besarnya kemiringan dalam suatu jarak horizontal yang dinyatakan dalam persen. Sebuah kendaraan bermotor akan mampu menanjak dalam batas-batas landai tertentu. Kemampuan menanjak ini, selain dipengaruhi oleh besarnya landai jalan juga dipengaruhi oleh panjangnya landai jalan. Jadi, ada batas landai jalan yang disebut landai maksimum yaitu besarnya harus disesuaikan dengan panjang landai yang disebut panjang kritis.Spesifikasi standar untuk Perencanaan Geometrik Jalan untuk jalan luar kota dari Bina Marga (rancangan Akhir) dengan ketentuan sebagai berikut 
Tabel 1. Spesifikasi kemiringan standar bina marga
JENIS MEDAN KEMIRINGAN MELINTANG RATA-RATA (%)
Datar < 3 %
Perbukitan 3 – 25 %
Pegunungan > 25.0 %
Perhitungan landai jalan dalam perancanaan ini, dapat dilihat dalam tabel perhitungan patok, dimana menggunakan rumus :
        Kemiringan ((BT/JL)x100)
dimana : BT = Beda Tinggi
JL  = Jarak Langsung

5.  Profil Melintang
Penampang melintang jalan merupakan potongan jalan dalam arah melintang. Fungsinya, selain untuk memperlihatkan bagian-bagian jalur jalan (Gambar  5), juga untuk membantu menghitung banyaknya tanah (m3) yang harus digali maupun banyaknya tanah (m3) yang akan digunakan untuk menimbun jalan agar jalan yang dibuat itu dapat sesuai dengan jalan yang direncanakan dengan menghitung luas profil melintang jalan.
1. Jalur Lalu Lintas
Jalur Lalu Lintas adalah bagian jalan yang digunakan untuk lalu lintas kendaraan yang secara fisik merupakan perkerasan jalan.
2. Lajur
Lajur adalah bagian jalur lalu lintas yang memanjang, yang dibatasi oleh marka lajur jalan, memiliki lebar yang cukup dilewati oleh suatu kendaraan sesuai kendaraan rencana.
3. Bahu Jalan
Bahu Jalan adalah bagian jalan yang berdampingan di tepi jalur lalu lintas, harus diperkeras, berfungsi untuk lajur lalu lintas darurat, ruang bebas samping dan penyangga perkerasan jalan, kemiringan yang digunakan 3-5 %
4. Median
Median adalah bagian jalan yang secara fisk memisahkan jalur lalu lintas yang berlawanan arah. Namun, dalam perencanaan ini tidak digunakan median.
5. Talud atau Lereng
Talud atau Lereng adalah bagian tepi perkerasan yang diberi kemiringan, untuk menyalurkan air ke saluran tepi.
6. Saluran Tepi
Saluran Tepi dalah selokan yang berfungsi menampung dan mengalirkan air hujan, limpasan permukaan jalan dan sekitarnya.
7. Daerah Milik Jalan(Damija)
Daerah Milik Jalan, adalah ruang sepanjang jalan yang dibatasi dengan lebar dan tinggi tertentu yang dikuasai oleh pembina jalan dengan suatu hak tertentu, yang merupakan sejalur tanah diluar Damaja yang dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan keleluasaan keamanan penggunaan jalan semisal untuk pelebaran Damaja dikemudian hari.
8. Daerah Manfaat Jalan(Damaja)
Daerah Manfaat Jalan, yaitu areal yang meliputi badan jalan, saluran tepi jalan dan ambang pengamannya, sedangkan badan jalan meliputi jalur lalu lintas dengan atau tanpa jalur pemisah dan bahu jalan.
9. Daerah Pengawasan Jalan(Dawasja)
Daerah Pengawasan Jalan, yaitu Damija ditambah dengan sejalur tanah yang penggunaanya dibawah pengawasan pembina jalan dengan maksud agar tidak mengganggu pandangan pengemudi dan konstruksi jalan (Silvia Sukirman, 1999).Perhitungan luasan dan perhitungan volume dapat dilihat setelah penggambaran profil melintang (dapat dilihat pada tabel)

6. Kemiringan Melintang
Rumus yang digunakan untuk menghitung kemiringan melintang pada setiap tikungan sama, yaitu;
Vt2 = 127 R (e+ fm)
Em = ((Vt^2/127R)-fm)x100%
Setelah mendapat hasil perhitungan pada kemiringan melintang , setelah itu gambar kemiringan maksimum sesuai data yang didapat. Dengan menggunakan diagram superelevasi, dapat ditentukan bentuk penampang melintang pada setiap titik di suatu lengkung horizontal yang direncanakan.

7. Pelebaran Jalan Pada Tikungan
   Kendaraan yang bergerak dari tikungan, seringkali tidak dapat mempertahankan lintasannya pada jalur yeng telah disediakan, disebabkan:
a) Pada waktu membelok yang diberikan sudut belokan hanya roda depan, sehingga lintasan roda belakang menjalani lintasan lebih ke dalam dari roda depan 
b) Jejak lintasan tidak lagi berhimpit, karena bemper depan dan belakang kendaraan mempunyai lintasan yang berbeda antara roda depan dan roda belakang.
c) Pengemudi akan mengalami kesukaran dalam mempertahankan lintasannya untuk tetap pada lajur jalannya,terutama pada tikungan-tikungan yang tajam atau pada kecepatan yang tinggi. Untuk menghindari hal tersebut diatas, maka pada tikungan yang tajam perlu diadakan pelebaran perkerasan jalan.
  Secara praktis, perkerasan harus diperlebar, bila radius lengkungan lebih kecil dari 120cm, untuk mejaga agar, pandangan bebas kea rah samping terhadap kendaraan –kendaraan lain; sedangkan pelebaran tidak diperlukan lagi bilamana kecepatan rencana kurang dari 30 km/jam.
 Rumus yang digunakan:

B=n (b' + c) + (n - 1) Td + Z
  Keterangan:
B= lebar perkerasan jalan
n= jumlah jalur lalulintas = 2
c= kebebasan samping
b= lebar lintas kendaraan pada tikungan

 Nilai b’ dapat di cari dengan rumus:
b’= 2.4 + [R-(R²-P²)]0.5
Dimana: 
R= Jari jari
P= panjang kendaraan roda dua=6.1
Td= lebar lintasan akibat tanjakan depan

Nilai Td dapat dicari dengan rumus:
TD=[R2 + A (2P + A)]0.5- R
Dimana:
A= 1.2 m

Nilai Z dapat dicari dengan rumus:
Z = 0.105 X VR
R0.5
Dimana: 
Z= lebaran tambahan akibat kelalaian pengemudi (m)

Saturday, July 4, 2020

METODA PERANCANGAN PERKERASAN LENTUR

Metodologi Umum
Metoda perancangan didasarkan pada prosedur desain empiris, seperti misalnya Metoda CBR. 
a).   Persyaratan Rancangan Dasar untuk Jalan Baru. 
Ada 3 (tiga) langkah Utama yang harus diikuti dalam perancangan perkerasan jalan baru, yaitu: 
-   i)  Hitunglah jumlah beban lalu lintas berdasarkan konfigurasi 
-  ii)  Beban sumbu standar yang akan melalui jalan tersebut. Hitung kekuatan daya  dukung tanah                  dasar. 
- iii)  Pertimbangkan i) dan ii) pilihlah kombinasi yang paling ekonomis untuk bahan-bahan                              perkerasan serta ketebalan lapisan yang akan mencukupi pelayanan selama umur rencana                      dengan hanya melakukan pemeliharaan rutin saja.

b).  Persyaratan Rancangan Dasar untuk Peningkatan jalan. Untuk perkuatan atau rekonstruksi perkerasan-perkerasan yang ada, diambil pendekatan yang sama. Akan tetepi adalah dimungkinkan,untuk melakukan review desain dengan data ditempat pada saat perkerasan jalan akan dilaksanakan, dengan menyederhanakan kembali rancaflgan semula, yang mungkin rancangannya sudah berselang lama dari masa pelaksanaan. 

         i).Perhitungan lalu lintas dapat diambil dari lalu lintas yang ada, berdasarkan prosedur dan                         prakiraan pertumbuhan lalu lintas tahunan, selama 10 tahun.
        ii).CBR tanah dasar review dapat ditentukan dilapangan dengan cara menggali lubang uji pada                    sekitar perkerasan yang ada, dan melakukan uji Penetrometer  Kerucut Dinamik (DCP).

Metoda Group Index
Nilai Group Index, dihirung berdasarkan rumus dibawah ini:
- Group Index = 0,2 a + 0,005 a.c + 0,01 b.d
dimana: 
a =  sebagian dari presentase material yang lolos saringan no. 200,yang lebih besar 35% dan tidak                lebih besar dari 75%, yang dinyatakan sebagai bilangan positip,bulat antara 0-20
b =  sebagian dari presentase material yang lolos saringan no. 200, yang lebih besar dari 1,5% dan                tidak lebih dari 55% dinyatakan sebagai bilangan positip,bulat antara 0-40
c =  sebagian dari batas cair yang lebih besar dari 40% dan tidak lebih dari 60% dinyatakan                            sebagai bilangan positip,bulat antara 0-20.
d =  sebagian dari indeks plastis yang lebih besar dari 10% dan tidak lebih besar dari                                      30%dinyatakan sebagai bilangan positip, bulat antara 0 - 20.
Rentang nilai group index yang berlaku adalah 0 sampai 20.

Kekurangan metoda ini adalah  : 
-  Gambaran angka group index, tidak mencerminkan perilaku tanah dasar, dalam menerima                      beban lalu lintas
-  Berat maupun komposisi kendaraan dan konfigurasinya tidak  disinggung sama sekali ,padahal               factor-factor ini sangat menentukan kerusakan Perkerasan. 
-  Tidak memperhitungkan komposisi lapisan perkerasan dan kualitasnya 
-  Tidak memperhitungkan faktor lingkungan (temperatur, curah hujan, dan geometrik jalan). 
-  Parameter kerusakan jalan tidak terukur

Metoda CBR
Metoda ini paling banyak dipakai untuk perencanaan perkerasan lentur.
Pemeriksaan CBR, dalam hal ini, dilakukan terhadap tanah dasar, dapat dilakukan dilaboratorium atau dilapangan. Nilai CBR adalah perbandingan antara beban penetrasi suatu bahan terhadap bahan standar, dengan kedalaman dan kecepatan Penetrasi yang sama.
Dilaboratorium contoh tanah dimasukkan kedalam silinder logam (mold) diameter 15,24 cm dan tinggi 17,78 cm dan dilakukan penumbukan dengan alat tumbuk sebagaimana pemeriksaan pemadatan. Sesudah penumbukan cetakan ini ditempatkan pada mesin penetrasi kapasitas 4,45 ton dengan kecepatan penetrasi sebesar 1,27 mm/menit. Pembacaan pembebanan dilakukan pada serangkaian penetrasi mulai dari 0,0125’’ sampai 0,50’’.
Bilamana disyaratkan contoh dalam kondisi rendaman (soaked), contoh didalam silinder logam direndam selama 96 jam, baru dilakukan test.
Inlay CBR dinyatakan dalam presentase beban yang menyebabkan penetrasi 2,5 mm atau 5 mm terhadap beban standar.

BANGUNAN UTAMA

 BANGUNAN UTAMA   Bangunan utama ini diletakkan melintang sungai yang menyadap air sungai disalurkan ke saluran irigasi untuk keperluan ir...